Angkutan kota melaju dalam padatnya peradaban, pacu kecepatan tinggi menyalip zigzag. Klakson nyaring menerjang ta bu kehidupa...

Angkutan Kota


Angkutan kota melaju dalam padatnya peradaban,

pacu kecepatan tinggi menyalip zigzag.

Klakson nyaring menerjang tabu kehidupan,

sedikit nyali lebih ‘tuk perpanjang kontrak dunia.



Bocah  menolak mengerjapkan mata dikursi belakang.

Tubuhnya berguncang mengikuti gerak kemudi .

Kini berpindah dari mimpi kemimpi, bebas memilih.

Bersama petang yang bergulir gantikan sore.

Ia ingin sekali menari ditanah lapang,

tergelincir dalam lumpur, tertawa bersama sahabat.



Disamping pintu, buruh wanita ikut terlelap.

Terbalut seragam, terbalut dua belas jam.

Dimanja angin mulutnya menganga, menitip lelah.

Sedang penumpang disebelah geli tertawa.

Ia tak peduli, ia sedang piknik bersama suami dan anak tercinta.

Kenakan kain terbaik sekali saja, mereka keluarga mereka bahagia.



Bergerak angkutan kota meraung aspal jalan,

terus berpacu dahului roda-roda didepan.

Biarkan mereka menikmati sedikit lebih lama.

Mimpi yang mungkin tak terbeli ketika bangun nanti.
(Richard Stevanus Sitio)



Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.