Setengah malam kau berkisah. Tentang pahitnya sekelumit hidup . Terseduh, mengaduh-aduh. Janda usia belia , ...

Tersesat


Setengah malam kau berkisah.

Tentang pahitnya sekelumit hidup.

Terseduh, mengaduh-aduh.




Janda usia belia,

merantau seberangi pulau.

Sekedar hidup dan menghidupi.

Terlalu berat hari-hari, pagi hingga malammu.



Rindu buah hati yang menuntut gizi,

kau tinggal di kota seberang,

bersama ibu yang kini lemah.

Sedang keluarga menutup pintu,

enggan untuk membantu.



Pagi diri bekerja, malam layani lelaki.

Sebab kebutuhan dikota membuat gila.

Buah hati kini siap untuk sekolah.

Hirau sudah cibiran tetangga,

terpenting adalah memberi masa depan.



“Percuma, pendidikan hanya untuk si pintar”

“Aku ini lamban, hanya tetek dan pantat saja andalan”

“Lalu darimana untuk menutupi biaya pendidikanku.”

“Jika aku pergi belajar, pastilah pendapatanku berkurang.”

“Bagaimana jika pendidikanku terhenti di tengah jalan karena tiada lagi uang?”

“Sudahlah, yang penting anakku saja, ia kini lebih butuh”



Tangismu meluluh luntur bedak dan gincu.

Perias dari tebal wajah dan hati yang membatu,

menahan sinis bisik-bisik angin,

Mengakhiri setengah malam kisahmu.
(Richard Stevanus Sitio)



Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.