Hey hoo teman-teman semua, seperti biasa kalau habis puisi pasti akan nada penjelasannya. Nah unyuk puisi Sebuah Harapan ini sebenarnya...

Tentang Puisi Sebuah Harapan


 Hey hoo teman-teman semua, seperti biasa kalau habis puisi pasti akan nada penjelasannya. Nah unyuk puisi Sebuah Harapan ini sebenarnya  dipersiapkan untuk ulang tahun ku yang ke 23 tanggal 19 November kemarin, tapi yah berhubung kesibukan sana-sini telat deh di post ke blog ini. Puisi Sebuah Harapan pun sebenarnya dibuat menjadi tiga buah yakni Sebuah Harapan, Sebuah Harapan 2, Sebuah Harapan 3, namun karena belum rampungnya dua terakhir jadi yah baru Sebuah Harapan aja yang ku post ke blog. Untuk puisi yang pertama ini adalah harapan egoku untuk sekitar.



 Bait pertama  bercerita tentang hal-hal yang tidak diterima didalam masyarakat karena dianggap tidak baik adanya padahal sebenarnya orang yang tidak menerima ini belum tentu lebih baik darinya atau bahkan pernah melakukannya namun memunafikkan diri dengan tidak menerimanya didalam masyarakat. Ketidak perawanan kerap kali menjadi acuan layak atau tidaknya seorang wanita untuk diajak bergaul, mengenyampingkan baik kepribadiaan yang dimilikinya. Pelacur-pelacur pinggiran menjadi bagian hina dalam kehidupan masyarakat, padahal kita mengetahui disekitar kita banyak orang yang menjajakan tubuh mereka demi uang, kekuasaan atau kepuasan pribadi, namun karena mereka berbalut status dan gaya hidup yang mewah, maka kita melupakanan bahwa yang dikerjakan mereka adalah hal yang sama. Seseorang yang penuh dengan amarah merupakan sebagai contoh buruk dalam sebuah masyarakat, padahal kita semua mengetahui bahwa siapa saja berhak untuk marah, bukankah marah terjadi karena ada sesuatu yang tidak beres yang dirasakan dan membentuk sebuah kekecewaan yang harus diluapkan? Terkadang iri yang kita miliki seringkali kita bungkus dengan cerita yang menarik agar seseorang dianggap di egois. Bukankah adalah suatu keharusan seseorang mempertahankan apa yang menjadi hak miliknya?



 Bait kedua bercerita tentang melihat orang-orang yang ada disekitar kita yang butuh bantuan dari kita. Kebaikan kita dengan mengulurkan tangan walau mungkin hanya kecil bantuan yang kita berikan bisa saja itu berarti sangat besar bagi mereka. Bahwa setiap kemalangan siapa saja bisa mengalaminya namun hanya sedikit orang yang peduli terhadapnya, dan kita dituntut untuk peduli dengan apa yang dialami seseorang, bukankah perbuatan baik itu tanpa batas ? Percayalah menolong seseorang membuat kita bahagia dan kemalangan bisa terjadi pada siapa saja, termasuk kita, sehingga esok ketika malang menimpa kita, akan ada orang yang peduli dan siap membantu kita.



 Bait ketiga bercerita tentang harapan akan masyarakat yang damai yang membuat setiap orang bahagia. Tidak adanya permusuhan yang ada canda tawa dalam pergaulan antar sesama. Tangan-tangan yang siap terulur bagi siapa saja yang sedang mengalami permasalahan, mengungkapkan bahwa orang itu tidaklah sendirian masih ada orang-orang yang siap membantu. Sebuah pelukan hangat yang dibutuhkan oleh setiap orang agar ia selalu merasa aman dan nyaman. Masyarakat yang menjadi rumah untuk berkumpul dalam sukacita. (Richard Stevanus Sitio)




3 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.