Dalam sebuah rumah ibadah tua, dengan langit langit melantunkan paduan suara burung gereja. Seorang anak berlutut menghadap altar, khusyu...

Rumah Ibadah Tua

Dalam sebuah rumah ibadah tua,
dengan langit langit melantunkan paduan suara burung gereja.
Seorang anak berlutut menghadap altar,
khusyuk dalam doa pertamanya meminta sebuah mainan.
Tempatnya berlutut terbuat dari kayu yang rapuh.
Remang khidmat syahdu menjadi menu utama suasana bangunan tua tersebut.
Cahaya lampu-lampu tua yang redup tampak menerangi seisi ruangan.
Lama ia berbicara kepada yang mahakuasa,
dengan bahasa sederhananya yang lugu.

Kelak ia tumbuh dewasa,
ia kembali  pada rumah ibadah tersebut.
Tampak sebuah bangunan megah menjulang tinggi,
tidak mau kalah dengan rumah ibadah disebelahnya.
Lengkap dengan interior mewah dan lampu Kristal menerangi.
Ruangan berkelas menggantikan suasana remang yang dulu menghiasi.
Disekitarnya orang berdoa dengan lantang memanggil Sang Pencipta.
Kata yang panjang dan membingungkan menjadi wujud syukur yang terucap.
Ia pun berlutut pada kayu jati yang  kini telah dilapisi busa tebal.
Kembali dengan bahasa sederhananya yang lugu berdoa,
“Tuhan aku ingin berjumpa denganmu di rumah tuamu dahulu.”

(Richard Stevanus Sitio)


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.